Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 13761 Document(s) match with the query
cover
Febriana Setiawati
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2025
PGB-pdf
Uni Sunkay - Pidato  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Greta Putri Arini
"Karies gigi adalah salah satu penyakit menular kronis yang paling
umum pada anak-anak usia prasekolah. Bentuk agresif karies gigi pada gigi sulung anak
di bawah, sampai dengan usia 71 bulan disebut dengan Early Childhood Caries (ECC).
Indonesia melaporkan prevalensi dan keparahan ECC yang tinggi hingga mencapai angka
90%. DKI Jakarta memiliki prevalensi sebesar 81,2%. Faktor risiko utama ECC yaitu
host (gigi dan saliva), mikroorganisme kariogenik, dan karbohidrat (substrat).
Mikroorganisme kariogenik yang berperan yaitu Streptococcus mutans. Penelitian di
Jakarta pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies, menunjukkan bahwa serotipe f
merupakan jenis yang paling banyak di temukan (85,5%), diikuti dengan serotipe c
(74,2%), serotipe e (22,6%) dan serotipe d (19,4%). Penelitian lainnya di Jakarta
menemukan bahwa kombinasi serotipe c dan f lebih tinggi pada anak yang memiliki
karies. Streptococcus mutans serotipe c dan f berperan dalam patogenesis karies gigi, hal
tersebut sesuai dengan tingginya tingkat karies gigi di Indonesia. Salah satu faktor host
yaitu saliva, merupakan cairan tubuh yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur
organik dan anorganik yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Komposisi protein
saliva seperti Lactoferrin sangat penting karena memiliki kemampuan antibakteri serta
berperan dalam sistem imun bawaan dan adaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kadar Lactoferrin saliva antara anak Early Childhood Caries (ECC) dan
bebas karies pada usia 3-5 tahun. Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah potong
lintang analitik secara laboratorik. Penelitian ini dilakukan pada 14 anak dengan ECC
dan 14 anak bebas karies. Saliva didapat dari seluruh subjek dan kadar LF diukur
menggunakan metode ELISA sandwich. Hasil: Analisis data menggunakan uji Mann
Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kadar Lactoferrin anak
ECC dan anak bebas karies dengan nilai p=0,006 (p<0,05). Kesimpulan: Kadar
Lactoferrin saliva anak Early Childhood Caries (ECC) lebih tinggi dari anak bebas karies
yang menunjukkan bahwa Lactoferrin dapat menjadi indikator peningkatan risiko Early
Childhood Caries (ECC).
Backgrounds: Dental caries is one of the most common chronic infectious diseases in
preschool children. The aggressive form of dental caries in the primary teeth of children
under and up to the age of 71 months is called Early Childhood Caries (ECC). Indonesia
reports a high prevalence and severity of ECC (90%). DKI Jakarta has a prevalence
81.2%. The main risk factors for ECC are hosts (teeth and saliva), cariogenic
microorganisms, and carbohydrates (substrates). The cariogenic microorganisms that
play a role are Streptococcus mutans. Research in Jakarta on children aged 3-5 years who
had caries, showed that serotype f was the most common type (85.5%), followed by
serotype c (74.2%), serotype e (22.6%) and serotype d (19.4%). Another study in Jakarta
found that the combination of serotypes c and f was higher in children with caries.
Streptococcus mutans serotypes c and f play a role in the pathogenesis of dental caries,
which is consistent with the high level of dental caries in Indonesia. One of host factor,
saliva, is a complex body fluid consist of organic and inorganic elements that are
important for oral health. Salivary protein such as Lactoferrin is very important because
it has antibacterial ability and plays an important role in innate and adaptive immune
system. The purpose of this study is to analyze Lactoferrin levels between Early
Childhood Caries (ECC) and caries-free children aged 3-5 years. Methods: The design
of this study is cross-sectional analytical laboratory. This study was conducted on 14
children with ECC and 14 caries-free children. Saliva were taken from all subjects and the
Lactoferrin levels were measured using ELISA sandwich method. Results: Data analysis
using the Mann Whitney U test showed that there were significant differences between
the levels of salivary Lactoferrin in children with ECC and caries-free children with pvalue
0,006 (p<0,05). Conclusion: Salivary Lactoferrin levels in Early Childhood
Caries (ECC) were higher than caries-free children which indicate that Lactoferrin can
be an indicator of an increased risk of Early Childhood Caries (ECC)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2020
T-pdf
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Febi Susanti
"Pemanfaatan pelayanan proram UKGM dipengaruhi oleh perilaku ibu dan pengelolaan program oleh Puskesmas. Karies masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbesar dan cakupan pembinaan kesehatan gigi di masyarakat masih rendah yaitu 19,6 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program UKGM oleh ibu yang memiliki anak usia 2 sampai 5 tahun di Posyandu Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi. Penelitian ini adalah penelitian sekuensial eksplanatori (mixed methods) dengan desain cross sectional dan jumlah sampel 400 responden. Untuk menggali lebih mendalam permasalahan rendahnya pemanfaatan program UKGM, penelitian ini dilengkapi dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam kepada manajemen puskesmas dan diskusi kelompok terarah kepada kader posyandu mengenai permasalahan yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, pekerjaan, dukungan keluarga dan kebutuhan perawatan gigi dan mulut anak merupakan variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan program UKGM di posyandu. Sedangkan sikap, dukungan keluarga dan kebutuhan perawatan gigi dan mulut anak merupakan variabel paling signifikan dalam pemanfaatan program UKGM di posyandu. Berbeda dengan hasil pendekatan kualitatif yang memperlihatkan bahwa justru fasilitas yang lebih mempengaruhi pemanfaatan program UKGM. Selain itu monitoring dan evaluasi belum dilakukan secara rutin. Rekomendasi pada penelitian ini adalah diharapkan untuk melengkapi fasilitas terutama alat peraga penyuluhan dan alat periksa gigi (diagnostic set), memberikan pelatihan UKGM pada kader posyandu serta melakukan monitoring setiap bulan dan evaluasi setiap tiga bulan sekali.

The utilization of UKGM program is influenced by maternal behavior and program management by the Puskesmas. Caries is still among the top ten diseases and the scope of dental health development in the community is still low at 19.6%. The purpose of this study was to determine the factors that influence the utilization of the UKGM program by mothers who have children aged 2 to 5 years at Posyandu, Medan Satria District, Bekasi City. This research is an explanatory sequential study (mixed methods) with a cross sectional design and a sample of 400 respondents. To find out more about the problem of the low utilization of the UKGM program, this study was supplemented by a qualitative approach through in-depth interviews with puskesmas management and focus group discussions on posyandu workers regarding existing problems.
Based on the results of quantitative research, work, family support and dental and oral care needs of children were variables related to the utilization of the UKGM program at the posyandu. Whereas attitudes, family support and children's dental and oral care needs were the most significant variables in the utilization of the UKGM program at the posyandu. It is different from the results of a qualitative approach that shows that it is precisely the facilities that influence the utilization of the UKGM program. In addition, monitoring and evaluation have not been carried out routinely. Recommendations in this study are expected to complement facilities, especially counseling teaching aids and dental kits (diagnostic set), provide UKGM training to posyandu workers and conduct monitoring every month and evaluation every three months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sunda Kayo, 2019
T-Pdf
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Winanda Annisa Maulitasari
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan salah satu penyakit kronis
multifaktorial yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah. Data penelitian
mengatakan sebanyak 65% anak usia 3-5 tahun mengalami ECC dan pada sebuah
penelitian di Jakarta tahun 2016 menunjukkan indeks def-t sebesar 7,5 pada anak usia 5
tahun sedangkan pada penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017
didapatkan indeks def-t sebesar 7,04. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, sebanyak
81,5% anak mengalami karies dengan indeks def-t sebesar 6,2 pada anak usia 3-4 tahun
dan indeks def-t sebesar 8,1 pada anak usia 5 tahun. Dalam terjadinya ECC, salah satu
faktor yang berperan dalam proteksi dari terjadinya karies gigi adalah saliva yang di
dalamnya terkandung protein saliva seperti lysozyme yang berperan dalam mekanisme
proteksi rongga mulut dari bakteri Gram-positif. Pada beberapa penelitian, kadar
lysozyme saliva berhubungan dengan skor def-t. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar
lysozyme saliva pada anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun serta berdasarkan
tingkat karies. Metode Penelitian: Penelitian merupakan potong lintang analitik secara
laboratorik. Subjek penelitian adalah 14 anak ECC dan 14 anak bebas karies usia 3-5
tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel whole saliva tanpa stimulasi
dikumpulkan dari subjek penelitian kemudian dilakukan pengukuran kadar lysozyme
dengan uji ELISA teknik sandwich. Hasil: Kadar lysozyme saliva pada anak ECC lebih
tinggi daripada kelompok anak bebas karies serta kadar lysozyme saliva pada anak
dengan tingkat karies tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak dengan
tingkat karies rendah, secara statistik dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara kadar lysozyme saliva anak ECC dan bebas karies usia 3-5 tahun (p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar lysozyme saliva lebih tinggi pada anak ECC dibandingkan dengan
bebas karies usia 3-5 tahun dan peningkatan kadar lysozyme saliva terjadi pada anak
dengan tingkat karies tinggi.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is one of common chronic multifactorial
diseases affecting preschool children. Previous study showed 65% of children aged 3-5
years experience ECC and a research in Jakarta in 2016 showed def-t index of children
aged 5 years was 7.5. According to research in Bandung in 2017 showed def-t index
was 7.04. Based on Basic Health Research in Indonesia (RISKESDAS) in 2018, 81.5%
of children experienced caries with def-t index 6.2 in children aged 3-4 years and 8.1 in
children aged 5 years. In the occurrence of ECC, one of the factors that play role in the
protection of dental caries is saliva, which contains salivary protein such as lysozyme
that play a role in the mechanism of protecting oral cavity from Gram-positive bacteria.
In several studies, salivary lysozyme levels were associated with def-t score. Objective:
To analyze differences in salivary lysozyme levels in ECC and caries-free children aged
3-5 years and based on caries levels. Methods: This study is a laboratory analytical
cross-sectional study. Subjects were 14 ECC children and 14 caries-free children aged
3-5 years that in line with the inclusion criteria. Unstimulated whole saliva were
collected from subjects. Salivary lysozyme levels were measured by ELISA sandwich
method. Results: Salivary lysozyme levels in ECC children was higher than in cariesfree
and salivary lysozyme levels in children with high caries level higher than in
children with low caries level, it was statistically stated that there was a significant
differences between the levels of lysozyme in children with ECC and caries-free
children aged 3-5 years (p < 0.05). Conclusion: Salivary lysozyme levels were higher in
ECC children compared to caries-free children aged 3-5 years and increased levels of
salivary lysozyme occurred in children with high caries level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2020
SP-pdf
Uni Sunkay - Tugas Akhir  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Rizqi Assyifa Fauzia
"Latar belakang: Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi, termasuk pada anak-anak di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak adalah pola pemberian makan, yaitu ASI dan PASI.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola pemberian makan dengan Early Childhood Caries ECC pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Metode pengambilan sampel adalah dengan convenience sampling. Data pola pemberian makan dan perilaku membersihkan gigi diambil melalui wawancara dengan ibu subjek oleh pewawancara yang telah dikalibrasi. Pemeriksaan karies gigi anak dengan menggunakan indeks defs dan pemeriksaan indeks plak dilakukan oleh dua orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
Hasil: Prevalensi karies gigi sulung pada 165 anak adalah sebesar 83. Terdapat perbedaan bermakna antara pemberian kolostrum p=0,017, ASI eksklusif p=0,028, frekuensi ASI p=0,001, dan lama kontak gigi dengan ASI p=0,049 terhadap skor karies gigi sulung anterior. Tidak ada variabel ASI yang menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung posterior p ge;0,05. Usia awal diberikannya PASI menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,001; p=0,041. Terdapat perbedaan bermakna antara jenis makanan atau minuman setelah gigi erupsi p=0,020 dan frekuensi susu formula p=0,005 dengan karies gigi sulung anterior. Frekuensi MP-ASI tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,963; p=0,591.
Kesimpulan: Pola pemberian makan anak yang meningkatkan skor karies gigi sulung anterior maupun posterior adalah usia awal diberikannya PASI, yaitu sebelum usia 6 bulan.

Background: Caries is one of the most common oral problems, including in children in Indonesia. One of the factors that influence the occurrence of caries is child's feeding methods, like breastfeeding and complementary feeding.
Aim: To obtain information about the relationship between child's feeding method and early childhood caries in children aged 3 5 years old.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The sampling method is convenience sampling. The data of child's feeding method and oral hygiene behavior was obtained through interviewing the mother. Caries examination was done using defs assessment.
Result: The prevalence of ECC in 165 children is 83. There are significant differences between colostrum p 0,017, exclusive breastfeeding p 0,028, breastfeeding frequency p 0,001, and length of contact time between teeth and breastfeeding milk p 0,049 with anterior primary teeth caries. None of the breastfeeding methods has significant difference with posterior primary teeth caries p ge 0,05. Age of initiation of complementary feeding has a significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,001 p 0,041. There are significant differences between the type of complementary food after first tooth eruption p 0,020 and frequency of infant formula p 0,005 with anterior primary teeth caries. Frequency of complementary feeding has no significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,963 p 0,591.
Conclusion: Child's feeding method which increases early childhood caries'score in both anterior and posterior teeth is the age of initiation of complementary feeding, which is before six months old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2017
S-Pdf
Uni Sunkay - Skripsi Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Vidya Carolyn Tjokrosetio
"Latar belakang: Karies pada gigi sulung antara usia 0-72 bulan dikenal sebagai Early Childhood Caries (ECC) dan merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi yang disebabkan oleh biofilm. Pada dekade terakhir, jamur Candida albicans banyak ditemukan bersama-sama dengan Streptococcus mutans dalam biofilm yang diambil dari plak gigi anak dengan ECC. Jamur C. albicans dapat meningkatkan derajat keparahan ECC. Pemahaman mengenai hubungan C. albicans dan S. mutans, memberikan perspektif baru untuk terapi yang efektif dalam mengkontrol ECC. Salah satu usaha untuk mencegah dan mengurangi tingkat ECC pada anak adalah dengan menggunakan bahan antimikroba. Bawang putih (Allium sativum) merupakan bahan herbal yang memiliki kemampuan antibakteri dan antijamur. Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas biofilm Candida albicans anak ECC. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara in vitro dengan isolat klinis dari plak gigi anak ECC. Ekstrak bawang putih dalam konsentrasi 10%, 25%, 50%, dan 100% dengan kontrol positif berupa CHX 0,2%. Uji viabilitas biofilm dilakukan dengan MTT assay. Hasil: Data statistik dianalisis dengan uji One Way ANOVA. Terdapat  perbedaan yang signifikan secara statistik dari viabilitas biofilm ekstrak bawang putih dibandingkan dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih efektif terhadap viabilitas biofilm Candida albicans.

Background: Dental caries on primary teeth in a child 72 of months age or younger is defined as Early Childhood Caries (ECC). ECC has a high prevalences and caused by biofilms. In the past decade, Candida albicans has been frequently detected together with S. mutans in oral biofilms collected from children with ECC. Candida albicans might enhance degree of ECC. Understanding of C. albicans and S. mutans relationship give a new perspective for effective therapy to control ECC. Antimicrobial agent can be used to prevent or as a therapy for ECC. Garlic (Allium sativum) is one of the traditional medicine that has antibacterial and antifungal effect. Purpose: To analyzed the effectivity of garlic extract against the viability of C.albicans biofilms in children with ECC. Method: Laboratorium research (in vitro), with plaque sample from children with ECC. Garlic extract in 10%, 25%, 50%, 100%, and CHX 0,2% as positive control. MTT assay were used to assess biofilms viability. Statistical data were analyzed with the One Way ANOVA test. Result: There was a statistically significant difference in the viability of C.albicans biofilms after garlic extract application. Conclusion: This study showed that garlic extract has a positive effect on the viability of C.albicans."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2018
T-pdf
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Heriandi Sutadi
"ABSTRAK
Kegunaan suatu tes prediksi karies terutama untuk seleksi kasus serta sebagai koreksi individu, terhadap kemungkinan terjadinya karies pada masa yang akan datang. Hal ini erat kaitannya dengan metode pencegahan karies yang akan dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat prediksi karies serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies, pada anak balita dengan menggunakan metode prediksi suatu tes aktifitas karies 'Cariostat'.
Penelitian dilakukan secara longitudinal satu tahun pada 615 anak usia 1 sampai 3 tahun di Daerah Depok Jawa Barat. Jumlah sampel yang dapat diikuti selama satu tahun serta memenuhi kriteria penelitian didapatkan sebanyak 339 anak.
Pemeriksaan gigi geligi dilakukan untuk melihat pengalaman karies yang ada serta pengambilan sampel tes aktifitas karies dengan menggunakan Cariostat, untuk melengkapi data dilakukan wawancara untuk pengisian kuesioner. Pemeriksaan dengan subyek yang sama di ulangi kembali setelah satu tahun kemudian.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa secara statistik, tes aktifitas karies Cariostat menunjukkan signifikansi yang sangat baik (p<0.001), antara nilai skor Cariostat dengan def-t. Juga ditemukan adanya peningkatan karies sebesar dua setengah kali antara grup aktifitas karies rendah dan grup aktifitas karies tinggi. Disamping itu pula, dari analisa prediksi menunjukkan bahwa tes aktifitas karies 'Cariostat' mempunyai nilai prediksi yang baik dengan terjadinya karies setelah diikuti selama 1 tahun, dilihat dengan adanya kenaikan def-t sesuai dengan tingkatan kiasifikasi aktifitas karies.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi anak antara lain : jenis makanan, konsistensi makanan, frekuensi makan, kebiasaan menyikat gigi, serta sikap dan perhatian orang tua terhadap keadaan gigi geligi anaknya. Faktor-faktor di atas mempunyai hubungan yang bermakna dengan meningkatnya aktifitas karies serta def-t.

ABSTRACT
Longitudinal Research Studies On Caries Activity And The Factors Influenced Of Caries, Using Caries Prediction Method On Children Under Five Years Old. The caries prediction test most effective to use especially for screening cases and as individual correction to possibility of caries in the future and its relation to caries prevention pro-gram_ The purpose of this study was to determine the suitability of the caries prediction test 'Cariostat' and possibility of caries occurrence.
The subjects of this study were 816 children of 1 to 3 years old in Depok West Java. Oral examination was carried out to asses the caries experience, and Cariostat was used to test the caries activity_ The research was continued for one year and 339 children were reexamined on the same subject.
The result showed that caries activity test the Cariostat was highly statistical significance (p<0.001) between Cariostat score and def-t index. It was also found about two times difference caries increment between low and high-risk caries active group. The prediction analysis after one year reexamined, also showed high the predictive value of Cariostat score to def-t index.
The are factors that influenced development of dental caries such as: kind of food, consistency of food, frequency of eating food, brushing teeth habit, and from the parent attention to dental health car. The result showed, there was significant correlation (p<0.O01) between caries activity and def-t."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 1994
LP-pdf
Uni Sunkay - Laporan Penelitian  Universitas Sunda Kayo Library
cover
R.A. Marissa Kartika Anthrasita
"Di negara berkembang, khususnya di Indonesia, penyakit gigi dan mulut masih tergolong tinggi yaitu tercatat diderita oleh 90% penduduk Indonesia dan sebagian besar adalah masalah karies gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian karies pada anak usia 72-144 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi cross-sectional secara total sampling. Pengambilan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis terhadap siswa siswi SD Tarsisius Vireta Yayasan Bunda Hati Kudus, Tangerang yang dilaksanakan dari bulan September ? November 2006. Jumlah sampel sebanyak 875 anak, yang terdiri dari 418 laki-laki (47,8%) dan 457 perempuan (52,2%). Sampel dibagi ke dalam tiga kelompok usia yaitu, kelompok usia 72-95 bulan, kelompok usia 96-119 bulan, dan kelompok usia 120-144 bulan. Hasil penelitian menunjukkan 86% anak menderita karies, dengan rerata nilai indeks def-t/DMF-T sebesar 5,11. Hasil analisis dengan uji-t menunjukkan bahwa perbedaan nilai indeks def-t/DMF-T antara laki-laki dan perempuan tidak bermakna (nilai t = 0,572; p = 0,567). Dengan uji-ANOVA memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok usia (F = 53,167; p = 0,00). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi karies pada anak usia 72-144 bulan di SD Tarsisius Vireta Yayasan Bunda Hati Kudus Tangerang tergolong tinggi dan terdapat perbedaan nilai indeks def-t/DMF-T yang bermakna antar kelompok usia, walaupun perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2007
S-Pdf
Uni Sunkay - Skripsi Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Nurulia Januarti
"Karies merupakan penyakit rongga mulut yang banyak diderita oleh anak. Di Indonesia, sekitar 90% anak usia pra sekolah mengalami karies gigi. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penilaian risiko kareis gigi. Penilaian risiko karies dapat menilai faktor-faktor risiko karies yang ada pada setiap individu. Penilaian risiko karies yang telah ada berupa formulir yang diisi oleh dokter gigi melalui wawancara dan pemeriksaan klinis. Selama masa pandemi, terjadi penurunan kunjungan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter gigi. Sehingga pembuatan aplikasi penilaiain risiko karies CAMBRA Indonesia berbasis android dilakukan agar orang tua dapat menilai risiko karies gigi anak usia 0-5 tahun. Pemahaman seseorang terhadap suatu informasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu, penelitian tentang penilaian risiko karies CAMBRA Indonesia berbasis android “SKOR GIGI” untuk anak usia 0-5 tahun pada orang tua berpendidikan dasar dilakukan. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil penilaian risiko karies gigi CAMBRA Indonesia berbasis android “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia untuk anak usia 0-5 tahun pada orang tua berpendidikan dasar. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan di TK, PAUD dan RSGMP FKG Uni Sunkay. Pengambilan sampel dilakukan terhadap 37 orang tua dan anak yang sesuai dengan kriteria inklusi dan menandatangani surat persetujuan. Orang tua diminta untuk mengisi aplikasi “SKOR GIGI” kemudian setelah 6 hari, dokter gigi mengisi formulir CAMBRA Indonesia melalui wawancara dengan orang tua dan pemeriksaan klinis terhadap anak. Hasil pemeriksaan risiko karies aplikasi “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia diuji secara statistik. Hasil : Uji validitas menunjukkan angka sensitivitas sebesar 92,9%, spesifisitas sebesar 100%, NDP 100% dan NDN 81%. Dari uji komparasi didapatkan hasil tidak terdapat berbeda bermakna antara hasil aplikasi “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia. Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan hasil antara pemeriksaan risiko karies aplikasi “SKOR GIGI” dengan formulir CAMBRA Indonesia untuk anak usia 0-5 tahun dengan orang tua berpendidikan dasar.

Caries is an oral disease that mostly affects children. In Indonesia, about 90% of pre-school age children experience dental caries. One of the prevention that can be done is by conducting a risk assessment of dental caries. Caries risk assessment can assess the caries risk factors that exist in each individual. The existing caries risk assessment is in the formulir of a formulir filled out by the dentist through interviews and clinical examinations. During the pandemic, there was a decrease in parental visits to take their children to the dentist. So that the creation of an Android-based CAMBRA Indonesia caries risk assessment application is carried out so that parents can assess the risk of dental caries in children aged 0-5 years. A person's understanding of an informuliration is influenced by the level of education. Therefore, a research on the caries risk assessment of CAMBRA Indonesia based on the android “SKOR GIGI” for children aged 0-5 years in parents with basic education was carried out. Objective: This study aims to see the results of the CAMBRA Indonesia dental caries risk assessment based on the android "SKOR GIGI" with CAMBRA Indonesia form for children aged 0-5 years in parents with basic education. Research Methods: This research was conducted in TK, PAUD and RSGMP FKG Uni Sunkay. Sampling was carried out on 37 parents and children who met the inclusion criteria and signed a letter of consent. Parents were asked to fill out the “SKOR GIGI” application then after 6 days, the dentist filled out CAMBRA Indonesia form through interviews with parents and clinical examination of the child. The results of the caries risk assessment using the “SKOR GIGI” application with CAMBRA Indonesia form were statistically tested. Results: The validity test showed a sensitivity of 92.9%, specificity of 100%, NDP 100% and NDN 81%. From the comparative test, the results showed that there was no significant difference between the results of the "SKOR GIGI" application and CAMBRA Indonesia form. Conclusion: There is no difference in the results between the caries risk assessment using the "SKOR GIGI" application and CAMBRA Indonesia form for children aged 0-5 years in parents with basic education."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2021
T-pdf
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Bayu Farhan Suhada
"Latar Belakang: Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi dengan prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia terutama pada anak usia sekolah. Tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak di Indonesia masih cukup rendah, padahal jenis makanan ini dikenal dapat merangsang aliran dan meningkatkan kemampuan makan anak. self-cleansing saliva yang penting dalam pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan kejadian karies pada gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan dan pemeriksaan klinis anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. 109 anak di Jakarta Pusat diperiksa karies dengan klasifikasi ICDAS. Hasil: Penelitian ini menemukan nilai median frekuensi konsumsi sayur per hari pada anak adalah 1,6 (0-8,14) dan 1,4 (0-5). Sebanyak 98,2% anak mengalami karies gigi dan 63,3% anak mengalami karies terbatas pada email. Hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan: Tingkat frekuensi konsumsi sayur dan buah pada anak di Jakarta Pusat masih rendah, dan prevalensi karies cukup tinggi. Hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies menunjukkan bahwa ada faktor lain penyebab karies yang harus dikendalikan.

Background: Food intake is one of the factors causing dental caries with a very high prevalence in Indonesia, especially in school-age children. The level of consumption of vegetables and fruit in children in Indonesia is still quite low, even though this type of food is known to stimulate flow and improve children's eating abilities. self-cleansing saliva which is important in caries prevention. Objective: To analyze the relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruit with the incidence of caries in the permanent first molars in children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study using a food frequency questionnaire and clinical examination of children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. 109 children in Central Jakarta were examined for caries with the ICDAS classification. Results: This study found the median frequency of vegetable consumption per day in children was 1.6 (0-8.14) and 1.4 (0-5). A total of 98.2% of children had dental caries and 63.3% of children had caries limited to enamel. The relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries was found to be very weak and insignificant. Conclusion: The frequency of consumption of vegetables and fruit in children in Central Jakarta is still low, and the prevalence of caries is quite high. The weak and insignificant relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries indicates that there are other factors that cause caries that must be controlled."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sunda Kayo, 2019
S-pdf
Uni Sunkay - Skripsi Membership  Universitas Sunda Kayo Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>