Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 29014 Document(s) match with the query
cover
Depok: Uni Sunkay Publishing, 2024
pdf
Uni Sunkay - Publikasi  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Jakarta: Uni Sunkay Publishing, 2024
618.92 LEA
Buku Teks SO  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Ema Herlinawati
"Di Kota Depok telah terjadi berbagai masalah pada anak seperti kekerasan, penelantaran maupun kesehatan anak. Pemerintah Kota Depok telah merespons dengan mengeluarkan kebijakan pembentukan Puskesmas Ramah Anak sebagai bagian dari Depok Kota Layak Anak dan diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan di atas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana implementasi program Puskesmas Ramah Anak sudah dijalankan dan apa yang menjadi hambatan dalam implementasi program. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Wawancara mendalam dilakukan pada Informan kunci yaitu sebanyak 5 orang di Dinas Kesehatan, 8 orang di Puskesmas Ramah Anak (PRA) dan 20 pengguna PRA. Penelitian dilakukan di 4 PRA di Kota Depok sejak April – Mei 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek input sudah berjalan namun belum optimal, sumber daya manusia belum dipersiapkan dengan baik kuantitas maupun kualitasnya, belum tersedianya Standar Operating Procedure (SOP) diseluruh PRA. Unsur proses belum optimal, pengawasan dari Dinas Kesehatan belum efektif karena hanya dilaksanakan setahun sekali namun aspek lingkungan sosial sudah cukup mendukung dengan berperannya lintas program dan lintas sektor dalam kegiatan. Unsur output belum optimal, belum dilakukan pengolahan dan analisis data hasil pelayanan dan belum ada kegiatan monitoring dan evaluasi secara simultan. Kesimpulan didapatkan hanya ada 1 Puskesmas Ramah Anak yang sudah memenuhi seluruh indikator penyelenggaraan Puskesmas Ramah Anak yaitu Puskesmas Cilodong. Untuk Puskesmas Beji hampir mendekati sedangkan Cinere dan Tapos masih ada beberapa indikator yang belum berjalan optimal yaitu sarana prasarana, SOP, Penggerakan Tim Puskesmas untuk secara sadar melaksanakan program dan Output pada cakupan pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kekerasan Terhadap Anak (KTA). Rekomendasi perlu adanya Pembuatan SOP di PRA, pelatihan Konvensi Hak Anak bagi petugas di PRA, Pelatihan KTA untuk memenuhi pelayanan Kekerasan Terhadap Anak, pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi dari Dinas Kesehatan minimal tiga bulan sekali dan alokasi dana untuk peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

The Depok City Government has approved the establishment of Puskesmas Ramah Anak as part of the Depok Kota Ramah Anak and is expected to be the solution to the above problems. The research program aims to see the extent of the implementation program. This study uses qualitative methods, using in-depth interviews, document review and observation. In-depth interviews were conducted at key informants, namely as many as 5 people at the Health Office, 8 people at the Puskesmas Ramah Anak (PRA) and 20 PRA users. The study was conducted in 4 PRAs in Depok City since April-May 2019. The results showed that the input aspect had not run optimally, human resources had not been well prepared for the quality of resources, the unavailability of Standard Operating Procedures (SOPs) throughout the PRA. The process is not yet optimal, supervision from the Health Office has not been effective because it is only carried out once a year. The environmental society supported enough through the cross programs and crosssector activities. Uncertain output is not optimal, processing and analysis of data from service results have not been carried out and there are no simultaneous monitoring and evaluation activities. The conclusion is that only 1 Puskesmas Ramah Anak in Cilodong has fulfilled all the indicators set by the Puskesmas Ramah Anak. Almost all Puskesmas in Beji Puskesmas fulfilled the indicators while in Cinere and Tapos still have a number of indicators that have not run optimally such as infrastructure, SOP, Puskesmas Role Team to fully implement the program and Output at the time of the implementation of the Pelayanan Kekerasan Pada Anak (KTA) consultation activity. Recommendations need to be made for SOPs in PRA, training for Child rights for officers in PRA, KTA Training for procurement of services for Violence Against Children, implementation of Monitoring and Evaluation from the Health Office at least once every three months and donations for improving quality and human resources (HR))."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sunda Kayo, 2019
T52580
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Nathania Anindyajati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran status kesehatan anak di Indonesia serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan anak di Indonesia. Penelitian menggunakan data Susenas 2013 kor. Sampel yang digunakan mencakup rumah tangga yang memiliki anak usia 0-12 tahun. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik multinomial. Metode tersebut dinggap cocok karena dalam penelitian ini variabel terikat (status kesehatan anak) mempunyai tiga kategori yaitu: (1) tidak ada keluhan/sehat (2) mempunyai keluhan sakit akut dan (3) mempunyai keluhan sakit kronis. Serta untuk membandingkan antara sakit akut terhadap sehat, dan sakit kronis terhadap sehat. Faktor sosial dan ekonomi yang diperimbangkan adalah umur anak, jenis kelamin anak, daerah tempat tinggal, status perkawinan, tingkat pendidikan, status kerja, pendapatan, dan jenis pekerjaan kepala rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, serta status bekerja kepala keluarga signifikan memengaruhi kesehatan anak.
ABSTRACT
This study analyzed the impact of socioeconomic status of household head to child health and examines the factors that affect the health of children in Indonesia. Data used in this research is Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) of 2013 with household heads who have children aged 0-12 years as a samples. Multinomial Logistic Regression has been used to identify significant factors which affect the children health. This particular type of regression analysis was used because the dependent variables has three categories: (1) Healthy/No Complaints (2) Having acute pain complaints and (3) have chronic pain complaints. The factors considered were child’s age, child gender, location of residence, marital status, education level of the household head, employment status, income, and field of work. The result showed that the location of residence, and the head of household’s educational level, income, and work status significantly affects child health."
2014
S59922
Uni Sunkay - Skripsi Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Desy Safitri
"Pneumonia pada balita masih merupakan masalah kesehatan utama baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi dan anak balita. Kecamatan Cakung merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus pneumonia pada balita yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara paparan asap rokok dalam rumah (OR=4,67; 1,19-18,33); tingkat konsumsi rokok (OR=2,77; 1,12-6,86), pencahayaan alami dalam rumah (OR=5,16; 1,94-13,70); pengetahuan ibu (OR=3,85; 1,12-13,25), status gizi (OR=9,14; 1,90-43,89), riwayat imunisasi (OR=3,85; 1,12-13,25) dan riwayat ASI ekslusif (OR=3,11; 1,24-7,78) terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Faktor yang diprediksi paling dominan mempengaruhi kejadian pneumonia adalah status gizi (OR=5,607; 1,082-29,058).

Pneumonia in children under five is still major public health problem in the world or in Indonesia. In Indonesia, Pneumonia is the number two cause of death in infants and children under five. Cakung sub-district is one of the areas that have quite a lot cases of pneumonia in children under five. This study aimed to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in the region of Cakung sub-district health center. This study uses a case control study design. The population in this study are all of children aged 12 month until 59 months who lived in the region of Cakung sub-district health center.
The results of this study indicate that there was a significant correlation between exposure to secondhand smoke in the home (OR = 4.67; 1.19 to 18.33); the number of ciggarates smoked per day (OR=2,77; 1,12-6,86), lighting in the home (OR = 5.16; 1.94 to 13.70), knowledge of mothers (OR = 3.85; 1.12 to 13.25), nutritional status (OR = 9.14; 1.90 to 43.89), immunization history (OR = 3.85; 1.12 to 13 , 25) and a history of exclusive breastfeeding (OR = 3.11; 1.24 to 7.78) with the incidence of pneumonia among children under five in the region of Cakung sub-district health center. The variable that predicted the most dominant cause of pneumonia is the nutritional status (OR = 5.607; 1.082 to 29.058).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sunda Kayo, 2015
S60271
Uni Sunkay - Skripsi Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Armadini Caesar Ika Jati
"Latar belakang berawal dari jumlah anak HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatan diiringi dengan kualitas hidup yang rendah. Anak HIV/AIDS perlu mempunyai kualitas hidup yang baik agar mereka dapat mengelola kondisi kesehatan sehingga mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya. Untuk menilai kualitas hidup maka digunakan WHOQOL-100 (World Health Organization Quality of Life-100) karena dapat menilai persepsi anak terhadap kehidupannya dalam konteks budaya dan sistem nilai. Anak HIV/AIDS yang mempunyai kualitas hidup buruk dapat berubah menjadi baik karena berdasarkan perspektif life span, anak HIV/AIDS mengalami perkembangan semasa hidupnya. Perspektif life span membantu dalam memahami perkembangan yang terjadi sepanjang kehidupan anak HIV/AIDS serta membantu mereka menuju kehidupan yang lebih bermakna sesuai dengan tahapan perkembangannya. Berangkat dari hal itu, tujuan penelitian untuk menggambarkan kualitas hidup anak dengan HIV/AIDS berdasarkan WHOQOl-100 dan menggambarkan kualitas hidup anak dengan HIV/AIDS dalam memenuhi tahap perkembangannya berdasarkan WHOQOL-100. Metode yang digunakan literature review dengan case study yang menganalisis delapan kasus yang dikelompokkan berdasarkan tahap perkembangan anak dan remaja, yaitu early childhood hingga adolescence, middle and late childhood hingga adolescence, dan adolescence. Hasil analisis gambaran kualitas hidup anak HIV/AIDS berdasarkan WHOQOL-100 adalah anak HIV/AIDS yang tua mengalami peningkatan rasa sakit, anak HIV/AIDS memiliki nutrisi yang rendah, anak HIV/AIDS memiliki kualitas tidur yang rendah, anak HIV/AIDS memiliki kinerja yang buruk dalam bidang kognitif, anak HIV/AIDS memiliki harga diri yang rendah, anak HIV/AIDS memiliki citra diri yang cukup baik, anak HIV/AIDS perlu pengobatan ART sedini mungkin, anak HIV/AIDS memiliki fungsi sekolah yang rendah, caregiver memiliki beban mengasuh anaknya, anak HIV/AIDS perlu strategi mengatasi masalah yang tepat, stigma anak HIV/AIDS memberikan dampak buruk, anak HIV/AIDS perlu menggunakan keuangan yang diawasi dengan baik, anak HIV/AIDS perlu layanan kesehatan yang memadai, anak perlu informasi mengenai HIV/AIDS, dan anak HIV/AIDS menggunakan dukungan spiritual. Gambaran kualitas hidup anak HIV/AIDS dalam memenuhi tahap perkembangannya juga beragam. Hal-hal yang membuat anak HIV/AIDS tidak memenuhi tahap perkembangannya adalah gaya asuh caregiver yang overprotective atau tidak peduli, pengawasan keuangan yang tidak memadai, dukungan spiritual yang tidak sesuai, anak terhambat berhubungan sosial dan mendapatkan stigma sosial, anak HIV/AIDS merasakan rasa sakit dan nutrisi yang rendah, anak HIV/AIDS harus meninggalkan sekolahnya karena pergi ke rumah sakit, anak HIV/AIDS memiliki kualitas tidur yang rendah, dan anak HIV/AIDS memiliki harga diri rendah. Sedangkan hal-hal yang membuat anak HIV/AIDS dapat memenuhi tahap perkembangannya adalah anak HIV/AIDS tahu informasi tentang HIV/AIDS, ada upaya pemerintah dalam membuat layanan kesehatan yang memadai, ada dukungan sosial dari caregiver kepada anak HIV/AIDS, dan anak HIV/AIDS menjalani perawatan rutin di rumah sakit. Kesimpulannya adalah domain hubungan sosial merupakan domain yang paling dominan karena dukungan dari caregiver membuat perubahan atas kualitas hidup anak HIV/AIDS di domain kualitas hidup lainnya dan peran pemerintah dalam memberikan layanan kesehatan dan penyuluhan informasi HIV/AIDS juga aspek yang paling dominan dalam kualitas hidup anak HIV/AIDS. Untuk memenuhi tahap perkembangan anak HIV/AIDS, perlu adanya pengasuhan dari caregiver sehingga anak memiliki otonomi sendiri dan anak membutuhkan layanan kesehatan yang membuat kesehatannya tidak memburuk.

It begins with the increasing number of children living with HIV/AIDS in Indonesia accompanied by low quality of life. It’s crucial for children with HIV/AIDS to have a good quality of life so they can manage their health conditions and achieve their well-being. To assess their quality of life, the WHOQOL-100 (World Health Organization Quality of Life-100) is used because it evaluates children's perceptions of their lives within cultural contexts and value systems. Children with poor quality of life can improve over time. From a life span perspective, they undergo developmental changes throughout their lives. This life span perspective helps understand their developmental trajectory and guides them toward a more meaningful life according to their developmental stages. Based on this, the research aims to describe the quality of life of children with HIV/AIDS using the WHOQOL-100 and to depict how they meet their developmental stages according to WHOQOL-100. The methodology includes a literature review and a case study analyzing eight cases categorized by early childhood to adolescence, middle and late childhood to adolescence, and adolescence. The analysis reveals various aspects of the quality of life of children with HIV/AIDS based on the WHOQOL-100, older children with HIV/AIDS experience increased pain, they often have poor nutrition and low sleep quality, perform poorly in cognitive areas, struggle with low self-esteem yet have a somewhat positive self-image. They require early ART treatment, face challenges in school functioning, and impose caregiving burdens on their caregivers. Regarding meeting developmental stages, factors hindering children with HIV/AIDS include overprotective or neglectful caregiving styles, inadequate financial oversight, mismatched spiritual support, social barriers, pain, low nutrition, disrupted schooling due to hospitalization, poor sleep, and low self-esteem. Conversely, factors facilitating their developmental stages include HIV/AIDS knowledge, government efforts in providing adequate healthcare, social support from caregivers, and regular hospital care. In conclusion, the social domain emerges as the most dominant in children's quality of life according to the WHOQOL-100, primarily due to caregiver support impacting changes in other life domains. Additionally, governmental roles in healthcare provision and HIV/AIDS education are crucial. To meet developmental stages, children with HIV/AIDS require nurturing from caregivers to foster their autonomy and access to healthcare to maintain their health stability."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sunda Kayo, 2024
TA-pdf
Uni Sunkay - Tugas Akhir  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Tanjung, Ika Citra Dewi
"Latar belakang: Banyak faktor yang memengaruhi stimulasi dan salah satunya adalah stimulasi. Fungsi kognitif berhubungan dengan stimulasi yang diberikan oleh orangtua atau pengasuh.
Tujuan: Menilai hubungan stimulasi dengan fungsi kognitif anak perawakan pendek dan normal usia prasekolah
Metode: Studi cross sectional yang dilakukan di empat kelurahan di Jakarta dengan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah anak usia prasekolah dari penelitian pada perawakan pendek sebelumnya dengan orangtua atau pengasuh. Penilaian stimulasi menggunakan kuesioner versi Bahasa Indonesia dan fungsi kognitif dengan the Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) versi Bahasa Indonesia yang dinilai oleh Psikolog. Analisis data dengan uji korelasi Pearson dan Kai kuadrat, hasil signifikan bila nilai p < 0,05
Hasil: Subjek 62 anak yang terdiri dari 22 (35,5%) perawakan pendek dan 40 (64,5%) perawakan normal. Pada perawakan pendek didapatkan yang terbanyak stimulasi perkembangan kategori sedang (54,5%), proporsi IQ verbal dan total rata-rata (59,1% dan 50,0%), proporsi IQ performa di bawah rata-rata (45,5%). Hubungan stimulasi dengan fungsi kognitif IQ total pada anak perawakan normal (r=0,316; p=0,047). Perbedaan proporsi IQ verbal, IQ performa dan IQ total pada perawakan pendek dan normal (p=0,409; p=0,119; p=0,877).
Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara stimulasi dengan fungsi kognitif. Tidak terdapat perbedaan proporsi penilaian kognitif dari rata-rata ke atas pada IQ verbal, IQ performa dan IQ total pada perawakan pendek dan normal. Hasil ini harus diinformasikan kepada orangtua atau pengasuh bahwa stimulasi memengaruhi fungsi kognitif dan harus dilakukan rutin setiap hari.

Background: Several factors influence cognitive function and stimulation is one of them. Cognitive function is related to stimulation given by parents or caregivers.
Aim: To assess correlation between stimulation with cognitive function of preschool children with normal and short stature.
Methods: A cross-sectional study with a consecutive sampling was done in four sub-districts in Jakarta. Inclusion criteria were preschool-age children from the previous research on short stature and their parents or caregivers. Stimulation assessment using an Indonesian questionnaire version. Verbal IQ (VIQ), performance IQ (PIQ), and full-scale IQ (FSIQ) were assessed with the Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) Indonesian version by Psychologist. Data were analyzed using Pearson correlation and Chi-square test with a statistically significant if p-value <0.05.
Results: Subject of 62 children consist of 64.5% normal and 35.5% short stature. Most of short stature children obtained medium category stimulation (54.5%), an average VIQ and FSIQ proportion (59.1% and 50.0%, respectively), below the average PIQ proportion (45.5%). Correlation between stimulation with FSIQ (r= 0.316; p-value= 0.047) in normal stature. Verbal IQ, PIQ and FSIQ proportion difference from an average and above between normal and short stature children were p-value= 0.409; p-value= 0.119; p-value= 0.877, respectively.
Conclusion: There was a significant correlation between stimulation and cognitive function. Cognitive function from an average and above between normal and short stature is no proportion difference. This finding must be informed to the parents or caregivers that stimulation affects the cognitive function, and it must be done every day regularly.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Sunda Kayo, 2019
T-pdf
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Neti Hartaty
"[ABSTRAK
Banyaknya kegagalan dalam pengasuhan anak bukan karena kurangnya kasih sayang orangtua pada anak, melainkan karena sebagian orangtua tidak tahu bagaimana cara mengasuh yang baik dan benar. Ketersediaan wadah kegiatan keluarga dengan anak balita, menjadi sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua serta anggota keluarga lainnya dalam pembinaan tumbuh kembang anak. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan penerapan program BKB+ sebagai upaya peningkatan tumbuh kembang balita di Kelurahan Sukamaju Baru. Dalam BKB+ ini residen menerapkan kegiatan stimulasi dan penggunaan KPSP oleh keluarga. Evaluasi sebelum dan sesudah praktik menunjukkan peningkatan pengetahuan dari 54% menjadi 78%, peningkatan sikap dari 66% menjadi 80% dan peningkatan perilaku dari 56% menjadi 74%. BKB+ ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi keluarga dalam meningkatkan tumbuh kembang balita.

ABSTRACT
The number of failures in parenting is not due to a lack of parental affection to children, but because of some parents do not know how to care of properly. The availability of receptacle activities of families with toddler, becomes very important to improve the knowledge and skills of parents and other family members in coaching development of the child. This paper aims to provide an overview implementation BKB + application program as an effort to improve growth and development of toddler in Sukamaju Baru. In this BKB +, resident applying stimulation activities and the use of KPSP by the family. Results shows an increase knowledge activities from 54% to 78%, attitude from 66% to 80%, and behavior from 56% to 74%, BKB + suggested could be the integration program of Health Department and BPMK., The number of failures in parenting is not due to a lack of parental affection to children, but because of some parents do not know how to care of properly. The availability of receptacle activities of families with toddler, becomes very important to improve the knowledge and skills of parents and other family members in coaching development of the child. This paper aims to provide an overview implementation BKB + application program as an effort to improve growth and development of toddler in Sukamaju Baru. In this BKB +, resident applying stimulation activities and the use of KPSP by the family. Results shows an increase knowledge activities from 54% to 78%, attitude from 66% to 80%, and behavior from 56% to 74%, BKB + suggested could be the integration program of Health Department and BPMK.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sunda Kayo, 2015
SP-PDF
Uni Sunkay - Tugas Akhir  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Soeryoto
"Akibat rendahnya cakupan penimbangan balita di posyandu tahun 1999 (angka D/S) maka 7.396 (4,72%) balita di Sumatera Barat jatuh pada keadaan kurang energi protein (KEP) sedang, 2.092 (1,3%) jatuh pada keadaan KEP berat (busung lapar), dengan kematian sebanyak 20 balita (0,05%). Untuk menurunkan angka KEP di atas pemerintah melaksanakan program penimbangan di posyandu di setiap desa. Kehadiran posyandu di setiap desa diharapkan mampu meningkatkan jumlah penimbangan balita (D/S) dengan demikian sekaligus mampu memperluas pemantauan status gizi balita dan program posyandu lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran cakupan penimbangan balita di posyandu, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan cakupan tersebut serta melihat faktor mana yang paling dominan dalam mempengaruhi cakupan penimbangan di posyandu. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan responden sebanyak 106 ibu balita di Kecamatan. IV Jurai Kabupaten. Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. yang dipilih secara systematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita di kecamatan ini sebesar 51,2%. Terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan cakupan penimbangan balita yaitu faktor status bekerja dan pengetahuan ibu mengenai posyandu, faktor pelayanan posyandu serta faktor pembinaan oleh kader. Faktor pelayanan posyandu ternyata merupakan faktor dominan dari keempat faktor di atas.
Penelititan ini juga menyarankan agar semua pihak khususnya jajaran kesehatan baik di level Puskesmas maupun tingkat Kabupaten Pesisir Selatan untuk tetap terus berusaha memperbaik manajemen mutu pelayanan kesehatan khususnya di tingkat posyandu. Juga disarankan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan menganggarkan alokasi khusus kegiatan pelayanan posyandu untuk tahun anggaran 2001 dalam rangka mengantisipasi diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah.

Correlation Between Mothers Characteristics of Under Five Children and Weighing Coverage in IV Jurai Sub District West Sumatera Province in Pesisir Selatan District, 2000A low weighing coverage for under five children in West Sumatera in 1999 caused a high prevalence of protein energy malnutrition, 4.72% and 1.3% respectively, for moderate and severe PEM with 0.05% death rate. To decrease the prevalence mentioned above government implements weighing program (integrated health posts, Posyandus ) in villages. The Posyandus are expected to increase the weighing coverage in order to monitor mutational status of the children.
This study aims to obtain a figure of weighing coverage at the Posyandus and factors related to coverage and also to know the predominant factors among them. The study was conducted in IV Jurai sub district.
Study design was a cross sectional one with under five old mothers as sample The number of respondents. The number of respondent was 106 selected through a systematic random sampling.
The study showed that 51.8% of the children have been coming to the Posyandu. The Study concluded that there are four variables correlating to weighing coverage. The four variables are: job mothers, factors related to Posyandu service, knowledge mother's and guidance of cadre.
Based on the study results it is suggested that Pesisir Selatan administration office district has to allocate the operational Posyandu budgeting in 2001.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sunda Kayo, 2001
T8621
Uni Sunkay - Tesis Membership  Universitas Sunda Kayo Library
cover
Asmilia Makmur
"Tesis ini membahas pelaksanaan perbaikan gizi Balita di PTTP di Desa Kedawung tahun 2008. Disain penelitian adalah kualitatif dengan instrumen Pedoman wawancara mendalam dan FGD serta daftar observasi. Hasil penelitian memperlihatkan bentuk usaha perbaikan gizi Balita di Kebumen adalah pengintegrasian layanan usia dini berupa aspek kesehatan dan pendidikan yang tetap menekankan pada prinsip UKBM. Usaha perbaikan gizi kurang berhasil karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: rendahnya pendidikan, kurangnya pengetahuan dan status bekerja pada sebagian ibu Balita, kurang optimal upaya peningkatan pengetahuan ibu di PTTP dan perbedaan persepsi tentang keberadaan PTTP diantara internal sektor terkait. Disarankan untuk melanjutkan program ini dengan melakukan beberapa pembenahan terutama menyamakan persepsi lintas sektoral sebagai kunci pembuka penyelesaian masalah lain terkait perbaikan gizi.

The focus of this study is implementation on effort to betterment of nutrition for children under 5 years old at PTTP in Desa Kedawung, year 2008. This research is qualitative and fact finding was guided by indept interview and FGD?s guidance. The result of the research visualize that the form of effort to betterment of nutrition for children in Kebumen is an integration of service in early childhood as health aspect as well as education aspect which still emphasize on UKBM principle. The effort did not run well influenced by various factors such as low education, lack of knowlegde, working status of the majority mothers of children and less optimum effort in increasing knowledge of mothers and also there are different perceptions among linked sectors PTTP. The researcher suggested the action of equalizing perceptions between linked sectors is needed so all parties are able to function in roles applied to each particular sector in benefit to each PTTP to become fully community?s property for the people as the starting point to solve all of PTTP?s problems."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sunda Kayo, 2009
T21811
Uni Sunkay - Tesis Open  Universitas Sunda Kayo Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>